30/03/11

PSIKOLOGI HUMANISTIK

PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psokologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis ( Misiak dan Sexton, 2005 ).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu …
1.        psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia
2.        psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia
3.        psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luasakan kaedah-kaeah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi
LATAR BELAKANG PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan.
Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme seta dipandang sebagai ” kekuatan ketiga ” dalam aliran psikologi.
Psikoanalisis ”Sigmun Freud” : berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Psikoanalisis berkeyakinan bahwa prilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dalam diri .
Behaviorisme ”Ivan Pavlov” : meyakini bahwa semua prilaku dikendalikan oleh faktor eksternal dari lingkungan .
Humanistik ”Abraham Maslow” : memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang . Tokoh Humanistik, salah satunya adalah Maslow
Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal, yaitu :
1. suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Menurut Maslow, setiap orang memiliki rasa takut, seperti takut untuk berusaha atau berkembang, takut mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah dimiliki, dsb. tetapi hal itu mendorongnya untuk bisa maju ke arah kesempurnaan, kepercayaan diri dan pada saat itu juga dia dapat menerima diri sendiri.


Mengenahi kebutuhan manusia, Maslow membaginya menjadi bermacam-macam hierarki.
Kebutuhan Fisiologis Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti, makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan, seks.
Kebutuhan akan Rasa Aman Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
Kebutuhan akan Harga Diri Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
Kebutuhan akan Aktualisasi Diri Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri.
AKTUALISASI DIRI
Gagasan Maslow tentang aktualisasi diri dimulai segera setelah dia menerima gelar Ph.D., ketika dia merasa bingung kenapa  dua gurunya di New York City – antropolog Ruth Benedict dan Psikolog Max Wetrheimer – begitu berbeda dari kebanyakan orang. Bagi maslow, keduanya merepresentasikan tingkat tertinggi perkembangan manusia, dan dia menyebut tingkatan ini “Aktualisasi-diri”.

PENCARIAN TERHADAP PRIBADI PENGAKTUALISASI-DIRI
Watak apa yang membuat Wertheiner dan Benedict begitu istimewa ? untuk menjawab pertanyaan ini, Maslow mulai memerhatikan keduanya dan berharap dapat menemukan orang lain yang disebutnya  “Manusia Unggul” (Good Human Being). Dan dia kesuliatan untuk menemukan orang-orang seperti ini.  Para mahasiswa di kelasnya pasti bersedia untuk mati-matian menjadi manusia unggul. Namun tak satupun dari mereka bisa sebanding dengan Wertheimer dan benedict sebagai Manusia Unggul, dan inilah yang membuat Maslow Bertanya-tanya apakah mahasiswa yang masih berusia 20 tahun itu dapat menjadi.


PERKEMBANGAN PSIKOLOGI HUMANISTIK
ROLLO MAY : Psikologi Eksistensional. Psikologi ini berdiri usai Perang Dunia II. Psikologi Eksistensi mulai menyebar ke benua eropa. Berikut adalah beberapa kasus dari teori ROLLO MAY (Psikologi Eksistensional).

KASUS PHILIP
Philip sudah pernah menikah dua kali dan bercerai dua kali, Philip sekarang sudah berjuang karena menjalin hubungan lain yang juga sulit-kali ini bersama Nicole. Nicole, seorang penulis di usianya yang merambat pertengahan 40-an. Philip bisa saja menawarkan Nicole cinta dan jaminan finansial namun, hubungan mereka tidak berjalan baik.
Enam bulan setelah Philip bertemu Nicole, keduanya menghabiskan hiburan musim panas berduaan saja. Dua putra Nicole yang masih kecil dititipkan ke ayah mereka, sedangkan tiga anak Philip yang sudah anak beranjak remaja sanggup mengurus diri sendiri. Di awal musim panas Nicole sudah membahas kemungkinan mereka akan mereka namun, Philip menjawab dia masih belum siap, menceritakan kegagalan dua pernikahan sebelumnya sebagai alasannya namun di luar ketenggangan singkat ini,  waktu liburan yang di habiskan berduaan sangat menyenangkan. Diskusi intelektual yang mereka lakukan sanggup menyenangkan memuaskan Philip, dan hubungan seks mereka sempurna, sesuatu yang tidak pernah dirasakan sebelumnya, bahkan membawanya ke dalam kondisi mirip ekstasi.
Di akhir liburan romantis musim panas itu Nicole kembali ke rumahnya, kembali pada rutinitasnya, mengantar anak-anaknya ke sekolah. Satu hari setelah sampai di rumah, Philip menelponnya namun, entah apa sebabnya tiba-tiba suara Nicole seperti berubah. Pagi berikutnya Phiilip menelpon kembali dan mendapati perasaan seolah-olah ada orang lain sedang bersama Nicole. Sore itu dia menelpon lagi beberapa kali namun mendapati sinyal telepon tetap sibuk. Ketika akhirnya Nicole mengangkat telepon, Philip segera bertanya apakah seorang sedang bersamanya pagi itu. Tanpa ragu-ragu nicole mengiakan bahwa Craig, seorang teman lama dari kuliahnya dulu memang sedang bersamanya. dia juga bercerita sudah jatuh cinta pada Craig dan berencana untuk menikah dengannya akhir bulan itu dan pindah kebagian lain wilayah tersebut.
Philip langsung merasakan hatinya hancur. Dia merasakan dihianati dan ditinggalkan. Bobot tubuhnya segera turun drastis, dan dia kembali merokok dan menderita insomnia hebat. Ketika suatu hari siap untuk mengujungi Nicole, dia segera melampiaskan rasa marahnya kepada rencana sinting perempuan itu. Ledakan kemarahan seperti ini jarang di alami Philip. Dia jarang menunjukkan rasa marah, mungkin karena takut akan kehilangan orang yang dicintai.
Menanggapi hal ini, Nicole berkata kalau masih mencintai lagi, dan dia bersedia bertmu dengannya kalau Craig sedangkan tidak ada di rumah. Beberapa minggu berlalu, dan akhirnya Nicole kehilangan perasaannya  terhadap Craig, dan mengatakan kepada Philip bahwa seperti yang diketahui Philip dengan baik, dia tidak pernah dapat meninggalkan laki-laki itu komentar ini membingungkan Philip karena tahu bukan ini terjadi.   
Psikologi eksistensi  berkaitan dengan perjuangan individu bekerja lewat pengalaman-pengalaman hidup dan untuk bertumbuh menuju manusia yang lebih seutuhnya. May (1981) melukiskan perjuangan ini dalam laporan tentang salah satu pasiennya – philip, arsitek yang sudah kita bahas sedikit di awal bab ini. Di bagian ini kita akan melanjutkan cerita Philip itu, dan sesudah itu kita akan menggunakan pengalaman-pengalamannya untuk mengilustrasikan konsep-konsep May tentang kecemasan,  Insentionalitas, takdir, Psikopatologi dan psikoterapi.
Ketika Nicole mengatakan kepada philip bahwa, seperti yang sudah kita baca sebelumnya, dia tidak pernah dapat meninggalkan laki-laki itu, Philip terkejut dan bingung karena dia tahu yang terjadi tidak demikian. Kira-kira setahun kemudian, philip belajar bahwa Nicole memiliki kasus perselingkuhan yang lain. Namun sebelum dia dapat memerfokinya dan membubarkan hubungan itu., Philip merasa sanggup bernalar bahwa dia akan dapat menerima hak Nicole untuk tidur dengan laku-laki lain tidak berarti apa-apa baginya, dan bahwa dia hanya mencintai Philip seorang.
Namun tidak lama kemudian, Nicole melakukan perselingkuhan yang ketiga, hubungan yang tampaknya sengaja diperlihatkan agar bisa ditemukan Philip. Sekali lagi, Philip dipenuhi dengan rasa marah dan cemburu, tetapi sekali lagi Nicole meyakinkannya bahwa laki-laki lain tidak berarti apa-apa baginya.
Disatu sisi, Philip berharap dapat menerima perlaku Nicole namun, disisi lain. Dia merasa dikhianati oleh perselingkuhan tersebut. Dia sendiri tidak sanggup meninggalkan Nicole untuk mencari perempuan lain yang mencintainya. Philip merasa tak berdaya tidak sanggup mengubah hubungannya dengan Nicole tetapi juga tidak sanggup memutuskannya. Di titik kehidupan Philip inilah dia mencari pertolongan terapi dari Rollo May. Phlip menderita kecemasan Neorotik.
PSIKOTERAPI
May menjelaskan kepada Philip bahra hubungannnya dengan Nicole saat ini adalah upaya untuk melekat kepada figur ibunya. Rogers  tentu akan menolak teknik semacam ini karena dia dipancarkan dari kerangka acuan eksternal (Yaitu pemahaman terapis). Walaupun begitu, May percaya bahwa jenis interpretasi seperti ini dapat menjadi alat yang efektif untuk memperhadapkan pasien dengan informasi yang sudah mereka sembunyikan  dari dirinya sendiri. 
Teknik lain yang digunakan May  terhadap Philip adalah memintanya  melakukan percakapan dalam fantasi dengan ibunya yang sudah meninggal. Dalaml percakapan ini, Philip berbicara bagi dirinya dan ibunya. Ketika berbicara bagi ibunya, dia berkata bahwa ibunya sangat bangga terhadap Philip  dan dia selalu menjadi anaknya yang paling difavoritkan. Kemudian saat  berbicara bagi dirinya, Philip menjawab ibunya  bahwa dia menghargai keberaniannya, dan mengingatkannya akan sebuah insiden ketika keberanian sang ibu telah menyelamatkan penglihatan Philip ketika masih kecil dulu. Ketika Philip menyelesaikan percakapan fantasi ini, dia berkata, “Tidak pernah selama puluhan tahun ini saya membayangkan bahwa sesungguhnya, hal inilah yang sudah terjadi pada saya” (May, 1981, hlm. 39).
May juga meminta Philip membawa sebuah foto dirinya ketika masih kecil dulu, dan meminyanya melakukan percakapan dalam fantasi dengan “Philip kecil” tersebut. Inti dari percakapan itu adalah “Philp Kecil” menjelaskan bahwa dia sudah berhasil mengatasi masalah yang paling mengganggu Phlip dewasa, yaitu rasa  takut untuk diabaikan. “Philip Kecil” kemudian menjadi teman yang ramah bagi Philip, dan membantunya mengatasi rasa kesepian dan meluruskan kecemburuan yang berlebih-lebihan terhadap Nicole.
Di akhir terapi, Philip tidak menjadi pribadi yang sama sekali baru, selain menjadi lebih sadar akan bagian-bagian dirinya yang selalu ada di setiap waktu namun selama ini tidak diindahkahkannya. Kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan baru ini, mendorongnya bergerak menuju kebebasa pribadi. Bagi Philip, akhir tetapi adalah permulaan dari “Penyatuan dirinya dengan diri semula-mulanya rapat-rapat disebuah benteng agar dia dapat bertahan ketika menjalani hidup namun, tidak pernah membawa kebahagiaan selain hanya ancaman yang menakutkan” (May, 1981, hlm. 41).